Profil Pemegang Program Posyandu Lansia
Nama : Kastiah, AMK
NIP : 19801220 200701 2 010
TTL : Negara, 20 Desember 1980
Alamat : Desa Paramaian RT. 1 Kec. Daha Utara
Pengertian Posyandu Lansia
Posyandu
lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di
suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu
lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui
pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh
masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
Posyandu lansia merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di desa-desa yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya bagi warga yang sudah berusia lanjut.
Posyandu
lansia adalah wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut yg dilakukan dari,
oleh, dan untuk kaum usia yg menitikberatkan pd pelayanan promotif dan
preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
Posyandu
lansia merupakan upaya kesh lansia yg mencakup kegiatan yankes yg
bertujuan u/ mewujudkan masa tua yg bahagia dan berdayaguna
B. Tujuan Posyandu Lansia
Tujuan Umum
Meningkatkan
derajat kesehatan lansia untuk mencapai masa tua yg bahagia &
berdaya guna dlm kehidupan keluarga dan masyarakat (Matra, 1996)
Tujuan khusus
1. Meningkatkan kesadaran lansia untuk membina sendiri kesehatannya
2. Meningkatkan kemampuan & peran serta masy dlm menghayati & mengatasi masalah kesh lansia scr optimal
3. Meningkatkan jangkauan yankes lansia
4. Meningkatnya jenis dan mutu yankes lansia
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :
1. Meningkatkan
jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
2. Mendekatkan
pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam
pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat
usia lanjut.
C. Pelaksanaan Sistem Lima Posyandu Lansia
1. Meja 1: Pendaftaran
Mendaftarkan
lansia, kemudian kader mencatat lansia tersebut. Lansia yang sudah
terdaftar di buku register langsung menuju meja selanjutnya.
2. Meja 2: Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan darah
3. Meja 3: Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat)
Kader melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi : Indeks Massa Tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi badan.
4. Meja 4: Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian makanan tambahan.
5. Meja 5: Pelayanan medis
Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari Puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan : pemeriksaan dan pengobatan ringan.
D. Kader Lansia (pengertian, tugas, organisasi, pendanaan)
1. Pengertian Kader Lansia
Kader
adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk
masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan.
Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu.
Padahal ada beberapa macam kader bisa dibentuk sesuai dengan keperluan
menggerakkan partisipasi masyarakat atau sasarannya dalam program
pelayanan kesehatan.
2. Tugas Kader Lansia
Secara umum tugas-tugas kader lansia adalah sebagai berikut :
a. Tugas-Tugas Kader
1) Tugas
sebelum hari buka Posyandu (H - Posyandu) yaitu berupa tugas – tugas
persiapan oleh kader agar kegiatan pada hari buka Posyandu berjalan
dengan baik.
2) Tugas pada hari buka Posyandu (H Posyandu) yaitu berupa tugas-tugas untuk melaksanakan pelayanan 5 meja.
3) Tugas sesudah hari buka posyandu (H + Posyandu) yaitu berupa tugas - tugas setelah hari Posyandu.
b. Tugas-Tugas Kader Pada Pelaksanaan Posyandu Lansia
1) Tugas-tugas kader Posyandu pada H - atau pada saat persiapa hari Posyandu, meliputi :
a) Menyiapkan
alat dan bahan : timbangan, tensimeter, stetoskop, KMS, alat peraga,
obat-obatan yang dibutuhkan, bahan/materi penyuluhan dan lain-lain.
b) Mengundang
dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberi tahu para lansia untuk
datang ke Posyandu, serta melakukan pendekatan tokoh yang bisa membantu
memotivasi masyarakat (lansia) untuk datang ke Posyandu
c) Menghubungi
kelompok kerja (Pokja) Posyandu yaitu menyampaikan rencana kegiatan
kepada kantor desa dan meminta memastikan apakah petugas sector bisa
hadir pada hari buka Posyandu.
d) Melaksanakan pembagian tugas : menentukan pembagian tugas diantara kader Posyandu baik untuk persiapan untuk pelaksanaan
c. Organisasi Kader Lansia
1) Pemeriksaan
kesehatan secara berkala : pendataan, screening, px kesh (gizi, jiwa,
lab), pengobatan sederhana, pemberian suplemen vitamin, PMT
2) Peningkatan olahraga
3) Pengembangan ketrampilan :kesenian, bina usaha
4) Bimbingan pendalaman agama
5) Pengelolaan dana sehat
6) Pendanaan Kadar Lansia
E. KMS Lansia
Kartu
menuju sehat (KMS) adalah suatu alat untuk mencatat kondisi kesehatan
pribadi usia lanjut baik fisik maupun mental emosional. Kegunaan KMS
untuk memantau dan menilai kemajuan Kesehatan Usia Lanjut yang
dilaksanakan di kelompok Usia Lanjut atau Puskesmas
Tata Cara pengisian KMS :
1. KMS berlaku 2 th, diisi o/ petugas kesh
2. Pada
kunjungan pertama, diperiksa semua jenis tes yg tertera. Sedangkan pd
kunjungan ulang cukup diperiksa sekali sebulan, kecuali u/ tes
laboratorium dperiksa per 3 bulan (Hb, Urine, Protein)
F. Latihan Gerak Dan Senam Lansia
Senam
adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana
yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud
meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut
(Santosa, 1994). Lansia seseorang individu laki-laki maupun perempuan
yang berumur antara 60-69 tahun. (Nugroho 1999:20)
Jadi
senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah
serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan
dengan maksud meningkatkan kemamp meningkatkan kemampuan fungsional raga
untuk mencapai tujuan tersebut.
Manfaat Olahraga Bagi Lansia
1. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia.
2. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (adaptasi)
3. Fungsi
melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap
bertambahnya tuntutan, misalya sakit.Sebagai Rehabilitas Pada lanjut
usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung
maksimal, tolerasnsi latihan, kapasitas aerobik dan terjadinya
peningkatan lemak tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia
dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan
dari berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan/olah raga seperti
senam lansia dapatmengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti
hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan.
(Darmojo 1999;81)
Komponen aktivitas dan kebugaran
Menurut Darmojo (1999:74) komponen aktivitas dan kebugaran terdiri dari:
1. Self
Efficacy (keberdayagunaan-mandiri) adalah istilah untuk menggambarkan
rasa percaya atas keamanan dalam melakukan aktivitas. Hal ini sangat
berhubungan dengan ketidaktergantungan dalam aktivitas sehari-hari.
Dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang usia lanjut mempunyai
keberanian dalam melakukan aktivitas.
2. Latihan
Pertahanan (resistence training) keuntungan fungsional atas latihan
pertahanan berhubungan dengan hasil yang didapat atas jenis latihan yang
bertahan, antara lain mengenai kecepatan bergerak sendi, luas lingkup
gerak sendi (range of motion) dan jenis kekuatan. Yang dihasilkan pada
penelitian-penelitian dipanti jompo didapatkan bahwa latihan pertahanan
yang intensif akan meningkatkan kecepatan gart (langkah) sekitar 20% da
kekuatan untuk menaiki tangga sebesar 23-38%
3. Daya
Tahan (endurance) daya tahan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
kerja dalam waktu yang relatif cukup lama. Pada lansia latihan daya
tahan /kebugaran yang cukup keras akan meningkatkan kekuatan yang
didapat dari latihan bertahan. Hasil akibat latihan kebugaran tersebut
bersifat khas untuk latihan yang dijalankan (training specifik),
sehingga latihan kebugaran akan meningkatkan kekuatan berjalan lebih
dengan latihan bertahan.
4. Kelenturan
(flexibility) pembatasan atas lingkup gerak sendi, banyak terjadi pada
lanjut usia yang sering berakibat kekuatan otot dan tendon. Oleh karena
itu latihan kelenturan sendi merupakan komponen penting dari latihan
atau olah raga bagi lanjut usia.
5. Keseimbangan-keseimbangan
merupakan penyebab utama yang sering mengakibatkan lansia sering jatuh.
Keseimbangan merupakan tanggapan motork yang dihasikan oleh berbagai
faktor, diantaranya input sesorik dan kekuatan otot. Penurunan
keseimbangan pada lanjut usia bukan hanya sebagai akibat menurunya
kekuatan otot atau penyakit yang diderita. Penurunan keseimbangan bisa
diperbaiki dengan berbagai latihan keseimbangan. Latihan yang meliputi
komponen keseimbangan akan menurukan insiden jatuh pada lansia.
G. Latihan Kongnitif Lansia
1. PERUBAHAN KOGNITIF PADA LANSIA
Proses
penuaan menyebabkan kemunduran kemampuan otak. Diantara kemampuan yang
menurun secara linier atau seiring dengan proses penuaan adalah: Daya
Ingat (memori), berupa penurunan kemampuan penamaan (naming) dan
kecepatan mencari kembali informasi yang telah tersimpan dalam pusat
memori (speed of information retrieval from memory). Intelegensia
Dasar (fluid intelligence) yang berarti penurunan fungsi otak bagian
kanan yang antara lain berupa kesulitan dalam komunikasi non verbal,
pemecahan masalah, mengenal wajah orang, kesulitan dalam pemusatan
perhatian dan konsentrasi
a. DEFENISI
Demensia
adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara
perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan
kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran
kepribadian. Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika
cedera hebat, penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida)
menyebabkan hancurnya sel-sel otak.
KONDISI DEMENSIA
Kondisi
gangguan kognitif pada lanjut usia dengan berbagai jenis gangguan
seperti mudah lupa yang konsisten, disorientasi terutama dalam hal
waktu, gangguan pada kemampuan pendapat dan pemecahan masalah, gangguan
dalam hubungan dengan masyarakat, gangguan dalam aktivitas di rumah dan
minat intelektual serta gangguan dalam pemeliharaan diri.
TANDA dan GEJALA
1) Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
2) Pelupa
3) Sering mengulang kata-kata
4) Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan
5) Cepat marah dan sulit di atur.
6) Kehilangan daya ingat
7) Kesulitan belajar dan mengingat informasi baru
8) Kurang konsentrasi
9) Kurang kebersihan diri
10) Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
11) Mudah terangsang
12) Tremor
13) Kurang koordinasi gerakan.
Pengenalan Dini Demensia
Pengenalan dini demensia berarti mengenali :
a. Kondisi
normal (mengidentifikasi BSF dan AAMI): kondisi kognitif pada lanjut
usia yang terjadi dengan adanya penambahan usia dan bersifat wajar.
Contoh: keluhan mudah-lupa secara subyektif, tidak ada gangguan kognitif
ataupun demensia.
b. Kondisi
pre-demensia (mengidentifikasi CIND dan MCI): kondisi gangguan kognitif
pada lanjut usia dengan ciri mudah lupa yang makin nyata dan dikenali
(diketahui dan diakui) oleh orang dekatnya. Mudah lupa subyektif dan
obyektif serta ditemukan performa kognitif yang rendah tetapi belum ada
tanda-tanda demensia.
c. Kondisi
demensia : kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia dengan berbagai
jenis gangguan seperti mudah lupa yang konsisten, disorientasi terutama
dalam hal waktu, gangguan pada kemampuan pendapat dan pemecahan masalah,
gangguan dalam hubungan dengan masyarakat, gangguan dalam aktivitas di
rumah dan minat intelektual serta gangguan dalam pemeliharaan diri.
2. STRATEGI LATIHAN KOGNITIF
a. Menurunkan cemas
b. Tehnik relaksasi
c. Biofeedback, menggunakan alat untuk menurunkan cemas dan memodifikasi respon perilaku.
d. Systematic
desenzatization. Dirancang untuk menurunkan perilaku yang berhubungan
dengan stimulus spesifik misalnya karena ketinggian atau perjalanan
melalui pesawat. Tehnik ini meliputi relaksasi otot dengan membayangkan
situasi yang menyebabkan cemas.
e. Flooding.
Klien segera diekspose pada stimuli yang paling memicu cemas (tidak
dilakukan secara berangsur – angsur) dengan menggunakan
bayangan/imajinasi
f. Pencegahan respon klien. Klien didukung untuk menghadapi situasi tanpa melakukan respon yang biasanya dilakukan.
3. TERAPI KOGNITIF
a. Latihan
kemampuan social meliputi : menanyakan pertanyaan, memberikan salam,
berbicara dengan suara jelas, menghindari kiritik diri atau orang lain
b. Aversion
therapy : therapy ini menolong menurunkan perilaku yang tidak
diinginkan tapi terus dilakukan. Terapi ini memberikan stimulasi yang
membuat cemas atau penolakan pada saat tingkah laku maladaptive
dilakukan klien.
c. Contingency
therapy: Meliputi kontrak formal antara klien dan terapis tentang apa
definisi perilaku yang akan dirubah atau konsekuensi terhadap perilaku
itu jika dilakukan. Meliputi konsekuensi positif untuk perilaku yang
diinginkan dan konsekuensi negative untuk perilaku yang tidak
diinginkan.
1. Kebutuhan nurtisi
Kebutuhan
nutrisi klien lanjut usia perlu dipenuhi secara adekuat untuk
kelangsungan proses pergantian sel dalam tubuh, mengatasi proses menua,
dan memperlambat terjadinya usia biologis. Kebutuhankalori pada klien
lanjut usia berkurang karena berkurangnya kalori dasar akibat kagiatan
fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan
kagiatan tubuh dalam kegiatan istirahat, misalnya untuk jantung, sus,
pernapasan, ginjal, dan lain-lain. Kebutuhan kalori klien lanjut usia
tidak melebihi 1700 kalori, sebaiknya disesuaikan dengan macam
kegiatannya. Kebutuhan protein normal usia lanjut adalah 1
gram/kgBB/hari.
Makanan
yang mengandung lemak hewani harus dukurangi, misalnya daging sapi,
daging kerbau, kuning telur, otak, dan lain-lain. Lanjut usia disarankan
mengonsumsi makanan tambahan yang banyak yang banyak mengandung kalsium
(Ca) atau zat kapur. Kebutuhan kalsium klien lanjut usia adalah 14,1
mg/kg BB/hari. Zat besi perlu diberikan untuk memperlancar pembentukan
darah. Lanjut usia perlu pula diberi buah-buahan untuk mendapatkan
vitamin. Untuk menghindari konstipasi, klien lanjut usia perlu diberi
cukup makanan yang mengandung serat, misalnya beras tumbuk, akar-akar
hijau, kacang-kacangan, buah-buahan, serta banyak minum (1500-2000 cc)
yang sekaligus berguna membantu kerja ginjal.
2. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Lnjut Usia
a. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan (akibat keruskan gigi/ompong)
b. Berkurangya cita rasa
c. Berkurangnya koordinasi otot
d. Keadaan fisik yang kurang baik
e. Faktor ekonomi dan sosial
f. Faktor penyerapan makanan (daya absorbsi)
3. Masalah Gizi Pada Lnjut Usia
Masalah
gizi tidak hanya terjadi pada balita dan ibu hamil, tetapi ternyata
sering kali menimpa lanjut usia. Hal yang perlu mendapat perhatian ialah
gizi berlebih, gizi kurang, dan kekurangan vitamin.
a. Gizi Berlebih
Gizi
berlebihan pada lanjut usia banyak terdapat di Negara barat dan kota
besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan
berlebih, apalagi pada lanjut usia karena penggunaan kalori berkurang
karena berkuarangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan tersebut sulit
untuk dirubah walaupun klien telah menyadari untuk mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya
penyakit jantung, diabetes mellitus, penyempitan pembuluh darah, dan
tekanan darah tinggi.
b. Gizi Kurang
Gizi
kurang sering disbabkan oleh masalah sosial-ekonomi dan juga karena
gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang
dibutuhka, hal tersebut menyebabkan berat badan berkurang dari normal.
Apabila kondisi ini disertai kekurangan protein, kerusakan
sel terjadi yang tidak dapat diperbaiki. Akibatnya, rambut rontok, daya
tahan terdapat penyakit menurun, atau mudah terkena infeksi pada tubuh
yang vital.
Faktor Penyebab Malnutrisi pada Lanjut Usia
1) Penyebab akut dan kronis
2) Keterbatasan sumber/penghasilan
3) Hilangnya gigi
4) Kesalahan dalam pola makan
5) Kurangnya energy untuk mempersiapkan makanan
6) Kurangnya energy untuk mempersiapkan makanan
7) Kurang pengetahuan tentang nutrisi yang tepat
c. Kekurangan vitamin
Bila
lanjut usia kurang mengonsumsi buah dan sayur, ditambah kekurangan
protein dalam makanan, hal tersebut mengakibatkan nafsu makan berkurang,
penglihatan mundur, kulit kering, lesu, lemah lunglai, dan tidak
semangat.
4. Pengkajian Status Gizi
Perawat
harus melakukan pengkajian status gizi secara cermat dan sebaiknya
menggunakan lebih dari satu parameter. Pertama, menggunakan pengukuran
antropometrik, yaitu mengukur tinggi badan (TB) dan berat badan (BB),
kemudian menghitung indeks Masa Tubuh (IMT). IMT dihitung dengan membagi berat
badan (dalam kilogram) dengan kuadrat TB (dalam meter persegi). IMT
normal untuk perempuan 17-23, sedangkan untuk laki-laki adalah 18-25.
Pada
saat mengukur tinggi badan seorang lanjut usia, perlu diingat bahwa
lanjut usia dapat mengalami pengurangan tinggi badan seiring dengan
pertambahan usia. Pengurangan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa
hal, antara lain :